Pada saat menyusun laporan
keuangan, akuntan harus mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-prinsip
akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang digunakan untuk mengukur operasi
entitas luar negeri. Sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Inggris memberikan
laporan keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan dalam poundsterling,
menggunakan sistem akuntansi Inggris yang berbeda dengan metode akuntansi dan
pengukuran di Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia secara umum harus
melakukan langkah-langkah berikut dalam proses translasi dan konsolidasi anak
perusahaan di Inggris tersebut :
1. Menerima
laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling
2. Menyajikan
kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
3. Mentranslasikan
laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling menjadi nilai setara dalam
rupiah.Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus ditranslasikan
menjadi nilai setara rupiah. Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing
harus ditranslasikan menjadi nilai rupiah sebagai berikut :
Akun yang diukur
dalam unit mata uang asing × Nilai
tukar yang sesuai = Akun yang diukur dalam nilai setara rupiah
4. Mengonsolidasi
akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan , yang sudah diukur dalam
rupiah dengan akun-akun induk perusahaan.
PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI
Perbedaan
dalam prinsip akuntansi karena antara lain :
1.Kondisi
Perekonomian suatu negara
2.
Masalah Hukum
3.
Pendidikan dan Sistem Politik
4.
Perkembangan Teknologi
5.
Budaya dan Trandisi
5.
Faktor Ekonomi lainnya
Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini yang
sedang dalam penyusunan oleh International
Accounting Standards Board (IASB). IASB adalah sebuah badan ang memperoleh mandat
untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan mendorong
seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara internasional
tersebut. Ada 14 anggota IASB, 12 diantaranya anggota penuh bekerja secara full
time untuk IASB. Susunan keanggotaanna dengan komposisi sebagai berikut :
5 anggota berdasar
latar belakang auditor , 3 anggota berdasar latar belakang penyusun laporan
keuangan ( dari manajemen) , 3anggota berlatar belakang pengguna laporan
keuangan , 1 anggota berlatar belakang akademisi , 2 anggota lainnya dapat
berlatar belakang dari bidang lainnya.
IASB
mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (International Financial
Reporting Standards- IFRS). Sebelum terbentknya IASB adalah International Accounting Standards Committe
telah menerbitkan International
Accounting Standards (IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga
2001. IASB mengadop IAS secara keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya yang
disebut standar baru IFRS.IFRS digunakan dibanyak negara di dunia termasuk ,
sebelum tahun 2005 digunakan oleh 350 perusahaan publik , sedangkan tahun 2005
sebanyak 7.000 perusahaan. Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada
satu set standar akuntansi yang berlaku secara internasional akan meningkatkan
diri investor di ppasar dan meningatkan efisiensi pasar karena memudahkan
investor untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di berbagai negara.
Bentuk
pelaporan keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat. JIka
dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar , GAAP AS telah digunakan lebih dari
separuh perusahaan di dunia ini. Untuk
meminimalisasi perbedaan diantara perbedaan standar di dunia ini, khususnya
antara GAAP dan IFRS, maka pihak FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk
meningkatkan standar pelaporan internasional dan "mengonversikan" ke
dua set standar tersebut . Pada bulan September 2002 , FASB menerbitkan "
The Norwalk Agreement"dimana baik FASB maupun IASB sepakat bekerjasama
untuk meningkatkan pelaporan keuangan dengan meminimalisasi perbedaan diantara
mereka.Usaha konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada dan
mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru yang ke dua
kelompok itu kembangkan.
PENENTUAN MATA UANG
FUNGSIONAL
Ada
dua isu utama yang ditujukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari
mata uang asing pada rupiah Indonesia, yaitu :
1.
Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentranslasi nilai mata uang
asing menjadi mata uang domistik ?
2.
Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut ?
.Haruskah hal itu dimasukkan dalam laba rugi ?
Ada
tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang
asing menjadi rupiah :
1. Nilai Tukar Sekarang
merupakan nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca
2.
Nilai Tukar Historis merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal
terjadi seperti nilai tukar pada saat aset diterima atau kewajiban diakui.
3. Nilai Tukar
Rata-rata merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode.
PSAK
No.11 tentang Translasi Mata uang asing.
(PSAK11) memberikan panduan khusus untuk mentranslasikan laporan keuangan dari
mata uang asing menjadi mata uang rupiah. Tujuan dari PSAK1 adalah menyajikan
hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari
pergerakan nilai tukar. PSAK11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan dan hubungannya dalam
laporan keuangan dengan mata uang asing melalui translasi.
Sebagai contoh, jika
margin bruto pada penjualan positif ketika diukur dalam mata uang asing maka
harus tetap positif ketika penjualan dan harga barang yang dijual
ditranslasikan ke dalam rupiah. PSAK11 mengadopsi mata uang fungsional (functional currency) yang didefenisikan
sebagai "mata uang dari lingkungan ekonomi primer di mana entitas tersebut beroperasi.Umumnya,
mata uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan dimana entitas tersebut
terutama menghasilkan dan menerima kas". Mata uang fungsional digunakan
untuk membedakan antara dua jenis kegiatan operasional luar negeri:
1. Kegiatan yang
dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas asing
itu beroperasi, dan
2. Kegiatan yang
terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya
Perusahaan Indonesia
dapat saja memiliki afiliasi asing di beberapa negara berbeda.Setiap afiliasi
tersebut harus dianalisis untuk menentukan mata uang fungsional masing-masing.
Indikator-indikator
mata uang fungsional :
Indikator
mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator dibawah ini
Arus Kas Arus
kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh mata uang tersebut.
Harga jual Harga
jual dalam jangka pendek sangat terpengaruh dengan perubahan nilai mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian
besar diekspor.
Beban Beban dipengaruhi perubahan nilai mata uang
Akan
tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda
dengan mata uang lokalnya. Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dari Induk
perusahaan di Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan hampir
semua bisnisnya di Brazil atau sebuah cabang atau anak perusahaan dari Induk
PerusahaanIndonesia yang beroperasi di Inggeris dapat menggunakan dolar sebagai
mata uang utamanya walaupun ia menggunakan poundsterling untuk pencatatan
akuntansinya. Faktor-faktor yang berikut mengindikasikan apakah mata uang
rupiah sebagai mata uang fungsional dari anak perusahaan Inggris sebagian besar
transaksi kas dalam rupiah, pasar penjualan utama di Indonesia, komponen
produksi umumnya diperoleh dari Indonesia dan Induk perusahaan di Indonesia
yang paling bertanggung jawab dalam pendanaan anak perusahaan di Inggris
tersebut.
DSAK
telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah mempertimbangkan
tujuan dari proses translasi tersebut :
a. Memberikan informasi
yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan dari perubahan
nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan.
b. Mencerminkan dalam
laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan antara masing-masing
entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.
Pendekatan
mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan seluruh
transaksinya ke dalam mata uang fungsional.JIka suatu entitas mempunyai
transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional maka
transaksi asing harus disesuaikan menjadi nilai setara mata uang fungsional
sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Penentuan
Mata uang Fungsional di Lingkungan dengan Tingkat Inflasi Tinggi
Inflasi
yang sangat tinggi didefenisikan sebagai inflasi melebihi 100% selama periode
tiga tahun, contoh Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam
mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang
lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Untuk kondisi
seperti ini maka mata uang pelaporan dari Induk Indonesia- rupiah- harus digunakan sebagai mata uang fungsional entitas
asing. Pengecualian ini mencegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi
yang tidak realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan prosedur
translasi yang normal digunakan.
Nilai
translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biayaa
perolehan historis dari gedung tersebut. Oleh karena itu PSAK mengharuskan
penggunaan rupiah sebagai mata uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.
Setelah
penentuan mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus
digunakan secara konsisten.Seandainya ada perubahan dalam konsisi perekonomian
mengharuskan perubahan dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi asing maka
perubahan akuntansi tersebut harus
diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat itu dan
prospektif saja, tidak diperlakukan penyajian kembali laporan dari
periode-periode sebelumnya.
TRANSLASI
VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING
Untuk
menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah, terdapat dua
metode yang berbeda :
1. translasi laporan
keuangan entitas asing ke rupiah, dan
2. pengukuran kembali
laporaan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas tersebut ,
selanjutnya ditranslasi jika bukan dalam rupiah.
Translasi
adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah
mata uang fungsional entitas asing ,contoh, anak perusahaan Indonesia di
Prancis menggunakan uero untuk catatan dan mata uang fungsionalnya. Laporan
keuangan anak perusahaan harus ditranslasi dari uero ke rupiah dan selieih
dimasukkan dalam komponen Laba Komprehensif.Metode translasi sering disebut metode nilai tukar sekarang (current rate
methods).
Pengukuran kembali
adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata uang lokal yang
digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing.Pengukuran kembali
hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang
digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing. Contoh, Perusahaan
Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura yang relatif independen dapat
menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang fungsionalnya tetapi memilih
menggunakan dolar Singapura sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan. Jika
menggunakan mata uang rupiah, tentu langsung siap digabung dengan laporan
induknya di Indonesia.
Metode
yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang lokal
kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods). Aset
dan kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima atau memenuhi
pembayaran dalam sejumlah tertentu mata uang asing dimasa yang akan datang.
Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang untuk mentranslasikan jumlah
uang dalam mata uang fungsionalnya pos
nonmoneter seperti aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan ,
biasanya ditranslasi dengan menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar
dimana aset tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan
menggunakan nilai rata-rata sepenjang periode pelaporan. Setiap selisih yang
timbul akibat ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai
bagian dari laporan laba rugi.
Penerapan
metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi mata uang
fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang fungsional tidak
diperlukan lagi penyesuaian.
Tabel
berikut menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk
menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.
Mata
Uang Pembukuan dan Pencatatan Afiliasi
Luar Negeri.
|
Mata
Uang Fungsional
|
Metode
Pernyataan Kembali
|
Mata uang lokal ( yaitu mata
uang negara tempat afiliasi berlokasi )
|
Mata uang lokal
|
Translasi ke rupiah menggunakan
nilai tukar sekarang
|
Mata uang lokal
|
Rupiah Indonesia ( seperti yang
diharuskan dalam perekonomian hiperinflasi
|
Diukur kembali dari mata uang
lokal ke rupiah
|
Mata uang lokal
|
Mata uang negara ketiga ( bukan
mata uang lokal atau rupiah )
|
Pertama, diukur kembali dari
mata uang lokal ke mata uang fungsional, kemudian ditranslasikan dari mata
uang fungsional ke rupiah
|
Rupiah
Indonesia
|
Rupiah
Indonesia
|
Tidak
diperlukan pernyataan kembali, sudah dinyatakan dalam rupiah.
|
Afiliasi
asing dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah
afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan dalam unit mata ang lokal. mata
uang lokal merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut. Afiliasi
asing inidapat mereinvestasi mata uang
yang mereka hasilkan atau mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk
perusahaan dalam bentuk dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung
memengaruhi arus kas induk perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar
memengaruhi aset neto (aset dikuurangi kewajiban ) afiliasi asing dan karena
itu , memengaruhi investasi neto induk perusahaan dientitas tersebut.
Kelompok
ke dua afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari
perusahaan Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing tetspi secara
langsung dipengaruhi oleh perubahan dalam nilai tukar, karena mereka tergantung
pada perekonomian Indonesia untuk pasar penjualan, komponen produksi atau
pendanaan. Untuk kelompok ini rupiah adalah mata uang fungsional. Diasumsiakan
bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap
aset neto afiliasi asing memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan
Indonesia, sehingga selisih nilai tukar dilaporkan dalam laba untuk perusahaan
Indonesia.
TRANSLASI
LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI MATA UANG PELAPORAN PERUSAHAAN
INDONESIA
Translasi
laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke mata uang pelaporan
perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :
Akun laporan laba rugi :
|
|
Pendapatan
dan beban
|
Umumnya,
nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode laporan.
|
Akun neraca:
|
|
Aset
dan kewajiban
|
Nilai
tukar sekarang pada tanggal neraca
|
Ekuitas
pemegang saham
|
Nilai
tukar historis
|
Penyajian
Laporan Keuangan dari Selisih Translasi
Selisih
translasi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan komprehnsif untuk
periode tersebut. Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam
ekuitas selama tahun berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi
pemilik dan bagian ke pemilik. Pendapatan
komprehensif termasuk laba neto dan "pendapatan komprehensif lainnya"
yang merupakan bagian dari perubahan aset neto perusahaan dari sumber selain
pemilik ( yaitu bukan investasi modal tambahan dan dividen) selama periode berjalan.
PSAK mengharuskan laporan pendapatan
komprehensif sebagai bagian dari laporan keuangan utama entitas. Pos utama yang
menjadi bagian dari pendapatan
komprehensif lainnya adalah perubahan selisih translasi selama periode
berjalan , keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari efek tersedia untuk
dijual, penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian dalam
kewajiban pensiun minimum.
Akun
akumulasi Pendapan Komprehensif lainnya – Selisih Translasi mempunyai saldo
kredit karena kurs tunai pada akhir periode pertama kepemilikan lebih tinggi
dari kurs pada awal periode atau kurs rata-rata periode tersebut.
Ayat
Jurnal pada Pembukuan Induk Perusahaan. Ayat jurnal perusahaan induk
perusahaan dibuat untuk mengakui nilai setara rupiah dari bagian induk
perusahaan atas laba anak perusahaan, amortisasi selisih biaya perolehan dengan
nilai buku, selisih translasi kumulatif dari diferensial dan dividen yang
dierima drai anak perusahaan luar negeri. Selain itu, induk perusahaan harus
mengakui bagiannya atas selisih translasi yang timbul dari translasi laporan
keuangan anak perusahaan. Beban periodik dalam selisih translasi induk
perusahaan dari investasi luar negeri dilaporkan sebagai komponen pendapatan
komprehensif lainnya induk perusahaan.
PSAK
11 mengharuskan alokasi dan amortisasi dari diferensial antara investasi dan
nilai bukunya dilakukan dalam konteks mata uang fungsional anak perusahaan dan
jumlah tersebut kemudian ditranslasi menggunakan kurs yang sesuai dalam kertas
kerja pada tanggal neraca.
Amortisasi
periodik mempengaruhi laporan laba rugi dan karenanya diukur menggunakan kurs
rata-rata yang digunakan untuk mentranslasi akun laporan laba rugi. Di lain
pihak, sisa saldo diferensial yang belum diamortisasi dilaporkan dalam neraca
dan ditranslasi menggunakan kurs sekarang yang digunakan untuk akun neraca. Pengaruh
dari perbedaan kurs tersebut disajikan dalam selisih translasi induk perusahaan
sebagai revisi dari bagian investasi awal induk perusahaan di anak perusahaan.
Kertas kerja konsolidasi
setelah akuisisi. Kertas kerja konsolidasi disusun setelah proses translasi
selesai. Proses konsolidasi sama dengan anak perusahaan domestik, kecuali untuk
dua perbedaan utama : (a) induk perusahaan akan mencatat bagian selisih
translasi yang timbul dari translasi akun anak perusahaan luar negeri. Maka
kepemilikan minoritas akan mendapat alokasi sebesar bagian persentasenya atas
selisih translasi. (b) amortisasi paten untuk periode berjalan ditranslasikan menggunakan
menggunakan kurs laba rugi, sedangkan saldo akhir paten ditranslasikan
menggunakan kurs neraca.
Kepemilikan Minoritas pada
Anak Perusahaan Luar Negeri
Sebagian besar perusahaan Indonesia
lebihsukauntukmemiliki 100% anak perusahaan luar negerinya. Dengan demikian akan
memungkinkan manajemen yang lebih efisien atas anak perusahaan dan tidak ada keharusan
untuk menyusun laporan keuangan anak perusahaan untuk kepemilikan minoritas.
Akan tetapi, jikaanakperusahaanluarnegeritidakmemlikisepenuhnya, maka kepemilikan
minoritas harus dihitung dan diperlakukan. Satu-satunya perbedaan alokasi selisih
translasi yang timbul dari translasi akun neraca percobaan anak perusahaan luar
negeri.
Pengukuran kembali pembukuan
ke dalam mata uang Fungsional
Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan
afiliasi luar negeri ke rupiah adalah pengukuran kembali.Walaupun pengukuran
kembali tidak umum sebagaimana translasi, terdapat beberap asituasi di mana
mata uang fungsional dari afiliasi asing bukan mata uang lokal. Pengukuran
kembali sama seperti translasi dimana tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai
setara rupiah dari akun-akun afiliasi
asing sehingga dapat digabungkan atau dikondisikan dengan laporan keuangan
perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang digunakan untuk pengukuran kembali
berbeda dengan kurs yang digunakan dalam translasi yang menghasilkan nilai
rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.
Dalam sebagian besar kasus afiliasi asing dapat
dianggap alat produksi atau penjual langsung dari perusahaan Indonesia,
tetapi menggunakan mata uang lokal untuk mencatat dan melaporkan hasil
operasinya. Selain itu, entitas luar negeri yang berlokasi di Negara dengan
tingkat inflasi yang sangattinggi, yang didefinisikan sebagai negara dengan
tingkat inflasi kumulatif lebih dari 100%, harus menggunakan rupiah dengan mata
uang fungsional. Dan laporan keuangannya diukur kembali menjadi rupiah.
Proses
pengukuran kembali harus memberikan hasil akhir yang sama seakan-akan transaksi
entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah. Oleh karena itu,
beberapa transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah
menggunakan kurs historis, yaitu kurs tunai pada saat transaksi awal terjadi.
Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan non moneter. Asset
dan kewajiban moneter seperti kas, piutang jangka pendek dan jangka panjang,
dan utang jangka pendek dan jangka panjang mempunyai jumlah yang tetap dalam
unit mata uang adalah akun-akun seperti persediaan dan asset tetap yang
nilainya tidak tetap dalam unit moneter.
Oleh karena digunakan berbagai kurs untuk mengukur
kembali neraca percobaan matauang asing, maka debit dan kredit dalam neraca
percobaan setara rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini, pos penyeimbang
adalah keuntungan atau kerugian pengukuran kembali, yang dimasukkan dalam
laporan laba rugi periode berjalan.
Penyajian Laporan
Keuangan dari Keuntungan atau Kerugian Pengukuran Kembali.
Setiap
keuntungan atau kerugian yang timbul dalam proses pengukuran kembali dimasukkan
dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam ”Pendapatan lain –
lain”. Digunakan beberapa nama akun, seperti Keunutngan (Kerugian) Mata Uang
Asing, Keuntungan (Kerugian) Mata Uang, Keuntungan (Kerugian) Nilai Tukar, atau
Keuntungan (Kerugian) Pengukuran Kembali. Pos “Keuntungan (Kerugian) Pengukuran
Kembali” digunakan di sini karena nama ini yang paling menggambarkan sumber pos
tersebut. Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan
laba rugi periode berjalan karena jika transaksi sejak awal dicatat dalam
rupiah, maka keuntungan atau kerugian nilai tukar akan diakui dalam periode
berjalan sebagai bagian dari penyesuaian yang diharuskan untuk penilaian
transaksi luar negeri yang didenominasi dalam mata uang asing. Setelah
menyelesaikan proses pengukuran kembali, laporan keuangan entitas luar negeri
akan disajikan seakan – akan rupiah telah digunakan untuk mencatat transaksi
dalam mata uang lokal pada saat terjadinya.
Ilustrasi Pengukuran
Kembali Anak Perusahaan Luar Negeri
Untuk
menyajikan pengukuran kembali laporan keuangan, akan digunakan lagi contoh
German Company. Satu – satunya perbedaan dengan contoh transaksi sebelumnya dan
contoh sekarang adalah mata uang fungsional anak perusahaan luar negeri
sekarang diasumsikan sebagai rupih bukan euro Eropa. German Company dalam
pembukuan dan pencatatannya menggunakan euro untuk menghasilkan laporan yang
diharuskan pemerintah Jerman. Oleh karena rupiah adalah mata uang fungsioanl,
maka laporan keuangan German Company akan diukur kembali dalam rupiah. Setelah
laporan keuangan afiliasi luar negeri diukur kembali, maka proses konsolidasi
akan sama dengan anak perusahaan domestik.
Akun
– Akun Yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis
Efek
Berharga
|
a. Efek
ekuitas
b. Efek
Utang yang tidak niatkan untuk dipegang sampai jatuh tempo
c. Persediaan
d. Biaya
Dibayar di Muka seperti asuransi, iklan, dan sewa
e. Aset
Tetap
f. Akumulasi
depresiasi atau Aset Tetap
g. Paten,
merek dagang, lisensi, dan formula
h.
Goodwill
i.
Aset Tak Berwujud
Lainnya
j.
Beban dan kredit
ditangguhkan, kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa
k. Pendapatan
ditangguhkan
l.
Saham Biasa
m. Saham
Preferen yang dicatat pada harga dikeluarkan
|
Pendapatan
dan Beban terkait dengan pos nonmoneter, sebagai contoh ;
|
a. Harga
Pokok Penjualan
b. Depresiasi
aset tetap
c. Amortisasi
aset tak berwujud seperti paten, lisensi, dan lain – lain
d. Amortisasi
beban dan kredit ditangguhkan kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan
polis untuk perusahaan asuransi jiwa
|
Pengukuran Kembali
Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri Setelah Akuisisi
Neraca percobaan anak perusahaan
harus diukur kembali dari euro Eropa menjadi rupiah. Kurs sekarang yang
digunakan untuk mengukur kembali akun – akun nonmoneter, dan kurs historis yang
sesuai digunakan untuk tiap akun nonmoneter.
Tiga
pos memerlukan perhatian khusus. Pertama, aset tetap diukur kembali menggunakan
kurs historis pada tanggal induk perusahaan mengakuisisi anak perusahaan luar
negeri. Jika anak perusahaan membeli aset tetap tambahan aset tetap tersebut
akan diukur kembali menggunakan kurs pada tanggal pembelian aset tetap tambahan
tersebut. Hal yang sama berlaku untuk pos nonmoneter lainnya. Penting untuk
memunyai catatan perolehan atau pelepasan aset nonmoneter dan ekuitas anak
perusahaan setelah akuisisi saham anak perusahaan luar negeri, untuk memastikan
penggunaan kurs yang sesuai untuk mengukur kembali pos – pos tersebut. Ingat
kembali bahwa penggabungan usaha diperlakukan sebagai pembelian; karena itu,
kurs historis yang sesuai adalah kurs tunai pada tanggal induk perusahaan
membeli saham anak perusahaan luar negeri. Jika penggabungan usaha diperlukan
sebagai penyatuan kepemilikan, maka kurs
historis yang sesuai adalah kurs pada tanggal anak perusahaan mengeluarkan
saham awal dan dan memeroleh aset nonmoneter, bukan tanggal induk perusahaan
mengakuisisi saham anak perusahaan.
Kedua,
harga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai kurs.
Persediaan awal diperoleh pada saat kurs Rp. 16.000 = € 1. Pembelian persediaan
dilakukan pada beberapa waktu selama setahun, sehingga kurs rata – rata Rp.
17.000 = € 1 digunakan sebagai kurs pengukuran kembali. Untuk tujuan ilustrasi,
contoh ini mengasumsikan persediaan akhir dibeli pada saat kurs langsung adalah
Rp. 17.800 = € 1 dan digunakan metode persediaan FIFO.
Ketiga,
beban operasi juga terjadi pada kurs yang berbeda. Beban depresiasi diukur
kembali pada kurs Rp. 16.000 = € 1 karena terkait dengan akun nonmoneter, Aset
Tetap, yang diukur kembali menggunakan kurs historis Rp. 16.000 = € 1. Kurs
rata – rata digunakan untuk mengukur kembali beban operasi lainnya, karena
diasumsikan terjadi merata sepanjang tahun.
Ikhtisar
Translasi dan Pengukuran Kembali
Pada saat mata uang
fungsional adalah rupiah, maka pos nonmeter di neraca akan diukur kembali
menggunakan kurs historis. Dalam contoh ini, kurs langsung telah meningkat
selam aperiode berjalan; sehingga akun nonmeter lebih rendah pada saat diukur
kembali dibandingkan saat ditranslasi.
Ikhtisar
Proses Translasi dan Pengukuran Kembali
Pos
|
Proses Translasi
|
Proses Penukuran Kembali
|
Mata
uang funsional luar negeri
|
Unit
mata uang lokal
|
Rupiah
indonesia
|
Metode
yang digunakan
|
Metode
kurs sekarang
|
Metode
moneter-non moneter
|
Akun-akun
laporan laba rugi :
|
||
·
Pendapatan
|
Kurs
rata-rata tertimbang
|
Kurs
rata-rata tertimbang, kecuali pendapatan terkait dengan pos nonmoneter(kurs
historis)
|
·
beban
|
Kurs
rata-rata tertimbang
|
Kurs
rata-rata tertimbang, kecuali pendapatan terkait denan pos nonmoneter (kurs
historis)
|
Akun-akun
Neraca:
|
||
·
akun-akun
moneter
|
Kurs
sekarang
|
Kurs
sekarang
|
·
akun-akun
nonmoneter
|
Kurs
sekarang
|
Kurs
sekarang
|
·
akun-akun
modal pemeang saham
|
Kurs
historis
|
Kurs
historis
|
·
saldo
laba
|
Saldo
laba periode sebelumya ditambah laba dikurangi dividen
|
Saldo
periode sebelumnya ditambah laba dikurangi dividen
|
Selisish
kurs yang timbul dari proses
|
Selisih
translasi dilakukan di ekuitas pemegang saham
|
Keuntugan
atau kerugian pengukuran kembali yang dimasukkan dalam laporan laba rugi
periode berjalan.
|
INVESTASI
LUAR NEGERI DAN ANAK PERUSAHAAN TIDAK DIKONSOLIDASIKAN
Sebagian besar
perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri sesuai denan PSAK No 4 “laproan keuangan konsolidasi”.
Dalam beberapa kasus, anak perusahaan tersebut tidak dikonsolidasi, karena
kriteria yang digunakan untuk anak perusahaa luar negeri. Umumnya, induk
perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri kecuali jika salah satu
kondisi berikut sangat ketat sehinga tidak dapat melaksanakan tingkat
penendalian ekonomis atas sumber daya dan operasi keuangan seperti berikut ini
:
1.
pembatasan
pertukaran mata uang asing di neara asing
2.
pembatasan
transfer properti di neara asing
3.
ketidakpastian
lain yan gditerapkan oleh pemerinath
anak perusahaan luar
negeri yang tidak dikonsolidasi dilaporakan sebagai investasi dalam neraca
perusahaan indonesia. peruashaan investor indonesia harus menggunakan metode
ekuitas jika mempunyai kemempuan untuk menggunakan pengaruh signifikan atas
kebijakan keuangan dan operasional investee.
Jika metode ekuitas
digunakan unruk anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi, laporan
keuangan investee diukur kembali atau ditranslasi tergantung pada penentuan
mata uan fungsional. Terdapat pendekatan singkat untuk translasi : kalikan laba
bersih afiliasi asing yang diukur dalam unit mata uang asing dengan kurs
rata-rata selama periode berjalan kemudian mengakui presentase saham induk
perusahaan atas laba bersih hasil translasi
Likuidasi
Investasi Luar Negeri
Akun selisih translasi
translasi terkait langsung dengan invesatasi perusahaan di entitas luar negeri.
Jika investor menjjual sebagian besar investasi sahamnya, PSAK 11 mengharuskan
porsi pro rata dari akun akumulasi selisish translasi yang dialokasikan ke
investasi, dimasukkan dalam perhitungan deuntungan atau kerugian pelepasan
investasi.
Lindung Nilai di Anak Perusahaan Luar Negeri
PSAK 55
memperbolehkan lindung nilai investasi bersih di anak perusahaan luar negeri,
sebagai contoh, PT induk mempunyai investasi bersih sebesar €50.000 di anak
perusahaan german, yang di bayar dengan harga Rp. 660.000.000, PT Induk dapat
memutuskan untuk melindung nilai investasi bersih dengan melakukkan kotrak kurs
dimuka untuk mejual euro, atau perusahaan dapat mengeluarkan kewajiban berbasis
euro. PSAK 55 menetapkan bahwa keuntungan atau kerugian dari bagian efektif
lindung nilai investasi bersih dimasukkkan dalam pendapaatan komprehensif
lainnya sebagai bagian dari selisih translasi. Akan tetapi, jumlah pengganti
kerugian untuk pendapatan konprehensif dibatasi sebesar selisih translasi untuk
investasi bersih. Sebagai contoh, jika digunakan nilai tukar di muka untuk
mengukur efektifitas, jumlah pengganti kerugian dibatasi sebsar perubahan kurs
tunai periode tersebut. Selisih lebih atas bagian tidak efektif dari lindung
nialai harus diakui dalam laba periode berjalan.
Sebagai contoh,
pada tanggal 1 januari 20x1, PT Induk memutuskan untuk melakukan lindung nilai
bagian investasinya yang baru saja dilakukan di german company yang terkaiit
dengan nilai buku aset bersih German company. Pt induk tidak yakin dengan kurs
langsung euro akan meningkat atau menurun untuk tahun tersebut dan ingin
melindung nilai investasi aset bersihnya, pada tanggal 1 januari 20x1, kepemilikan
100% PT Induk atas aset bersih German company sama dengan €50.000 (€40.000
saham biasa di tambah €10.000 saldo laba). PT Induk meminjam €50.000, pada
tingkat bunga 5% untuk lindung nilai investasinya di German company, dan modal
serta bunga jatuh tempo dan terutang pada tanggal 1 januari 20x2.
Ayat jurnal pada
pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung nilai investasi bersih adalah sebagai
berikut.
1 januari 20x1
(19) Kas 800.000.000
Utang
Pinjaman(€) 800.000.000
Meminjam
utang yang didominasi dalam euro untuk lindung nilai investasi bersih di anak
perusahaan German Rp.800.000.000= €50.000 x 16.000 kurs tunai
31 Desember 20x1
(20) Pendapatan Konprehensif
lainnya 100.000.000
Utang pinjaman (€) 100.000.000
Menilai
kembali uatang yang didominasi dalam amata uang asing berdasarkan kurs tunai
akhir periode:
Rp 100.000.000 = €50.000 x
(Rp18.000 – Rp16.000)
(21) Beban bunga 42.500.000
Kerugian translasi mata uang asing
2.500.000
Utang
bunga 45.000.000
Akru beban dan utang bunga atas
utang euro:
Rp42.500.000 = €50.000 x 0,05 bunga
x 17.000 kurs rata-rata
Rp45.000.000 = €50.000 x 0,05 bunga
x 18.000 kurs tunaiakhir periode
(22) Akumulasi pendapatan
komprehensif lainnya –selisih
Translasi 100.000.000
Iktisar Laba rugi 2.500.000
Kerugian
transaksi mata uang asing 2.500.000
Pendapatan
komprehensif lainnya 100.000.000
Sehingga, pada saat modal bunga
dibayar pada tanggal 1 januari 20x2, di buat ayat jurnal berikut.
1 januari 20x2
(23) Utang bunga (€) 45.000.000
Utang pinjaman (€) 900.000.000
Kas
945.000.000
Menutup akun nominal terkait dengan lindung
nilai investasi bersih di anak perusahaan luar negeri.
Selama tahun
20x1 PT Induk melindung nilai bagian dari aset bersih investasinya di anak
perusahaan luar negeri, Rupiah melemah terhadap euro (kurs langsung meningkat)
dan PT Induk akan mengakui keuntungan dari investasi aset bersih dan kerugiann
pembayaran kewajiban dalam euro.
Tanpa lindung nilai aset bersih PT
Induk akan melaporkan saldo kredit sebesar Rp. 117.125.00 dalam bagian
kumulatif translasi dari akumulasi pendapatan komprehensif lainnya
(Rp.117.125.000= Rp.110.000.000 + 7.125.000 penyesuaian deferensial). Dengan
lindung nilai investasi bersih PT Induk akan melaporkan hanya Rp. 17.125.000
(Rp.117.125.000 – Rp.100.000.000 efek lindung nilai) sebagai perubahan dalam
selisih transalasi kumulatif untuk tahun 20x1, oleh karena itu , PT Induk
menyeimbangkan sebagian eksponsur bersih dari investasi aset bersih 1 januari
20x1 di German company.
Catat juga jumlah penggantinya kerugian dari
pendapatan komprehensif lainnya dibatasi sebesar bagian efektif dari lindung
nilai berdasarkan penilaian kembali aset bersih, setiap selisih lebih dalam
kasus ini kerugian Rp. 2.500.000 dari penilaian kembali utang bunga dalam ayat
jurnal (21), dimasukkkan dalam laba berjalan di laporan laba rugi.
Keharusan
pengungkapan
PSAK 10 mengharuskan agregat keuntungan atau
kerugian transaksi mata uang asing yang dimasukkan dalam laba diungkapkan
terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam catatan atas laoran keuangan.
Dalam model translasi, perubahan
berkala dalam selisih translasi dilaporkan sebagai elemen perndapatan
komprehensif lainnya, sebagai yang diharuskan oleh PSAK 11, Figur 12-11
menyajikan pendekatan dua laporan keuangan
untuk menampilkan pendapatan komprehensif. Laporan perubahan ekuitas
konsolidasi menyajikan perincian pendapatan komprehensif induk perusahaan
sebesar Rp. 117.125.000 figur 12-12 menyajikan laporan ekuitas yang
merekonsilisi semua elemen ekuitas semua pemegang saham. Neraca akan
menampilkan saham biasa, saldo laba, dan akumulasi pendapatam komprehensif
lainnya dalam bagian dari perubahan kurs yang terjadi antara tanggal neraca dan
pengaruhnya terhadap transaksi mata uang asing ayng belum diselesaikan, jika
signifikan.
PERTIMBANGAN
TAMBAHAN DALAM AKUNTANSI UNUK OPERASI ENTITAS LUAR NEGERI
Bagian ini membahas bagian khusus dalam
akuntansi untuk perusahaan multinasional. Walaupun beberapa dari pertimbangan
tambahan ini sangat teknis, pembelajaran bagian ini akan menambah pemahaman
anda atas berbagai isu akuntansi untuk entitas luar negeri.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah penghubung antara dua neraca. Perusahaan
mempunyai kebebasan dan fleksibilitas dalam penyusunan laporan arus kas. Aturan
umum adalah bahwa akun-akun yang dilaporkan dalam laporan arus kas harus
disajikan kembali dalam rupiah menggunakan kurs yang sama dengan yang digunakan
untk tujuan neraca dan laporan laba rugi. Oleh karena kurs rata-rata digunakan
dalam laporan laba rugi dan kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan dalam
neraca, maka muncul pos penyeimbang untuk selisih kurs dalam laporan arus kas.
Pos penyeimbang ini dapat dianalisis dan ditelusuri ke akun spesifik yang
menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi tidak mempengaruhi perubahan arus kas
periode tersebut.
Penilaian persediaan
nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar dalam pengukuran kembali
Penerapan antara nilai terendah antara biaya
perolehan dan nilai pasar untuk persediaan memerlukan perlakuan khusus pada
saat mata uang percatatan bukan mata uang fungsional. oleh karena itu , laporan
keuangan entitas asing harus di ukur kembali ke dalam mata uang fungsional.
Biaya inventaris historis harus di ukur kembali terlebih dahulu menggunakan
kurs historis untuk menentukan nilai biaya perolehan historis dalam mata uang
fungsional. Kemudian biaya perolehan hasil pengukuran kembali ini di bandingkan
dengan nilai pasar dari persediaan yang di translasikan menggunakan kurs
sekarang. Langkah terakhir adalah membandingkan biaya perolehan dan nilai pasar
yang keduanya sudah dalam mata uang fungsional, dan untuk mengakui apakah di
perlukan penurunan nilai ke nilai pasar. Perbandingan di lakukan dalam mata
uang fungsional, bukan mata uanag lokal atau pelaporan sehingga memungkinkan
adanya penurunan nilsi dalam laporan keuangan mata uang fungsional. Tetapi
tidak ada dalam pembukuan anak perusahaan atau ada dalam pembukuan anak
perusahaan tetapi tidak dalam laporan keuangan konsolidasi.
Transaksi antar
perusahaan
Sebuah induk
perusahaan atau kantor pusat indonesia dapat mempunyai transaksi penjualan atau
pembelian antar perusahaan dengan afiliasi luar negeri yang menimbulkan piutang
atau utang antar perusahaan .
Jika transaksi
mata uang asing antar perusahaan tidak di lunasi dalam waktu dekat , maka
transaksi antar perusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari investasi bersih
di entitas luar negeri.selisih tranlasi dari piutang atau utang jangka panjang
di tangguhkan dan di akumulasi sebagai bagian dari akun tranlasi kumulatif.
Salah satu
masalah yang menarik yang timbul adalah pada saat terjadi keuntungan yang belum
di realisasikan dari transaksi antara induk perusahaan dan anak perusahaan luar
negeri. Masalahnya adalah bagaimana mengeliminasi keuntungan lintas mata uang
yang nilainya relatif berubah dibandingkan mata uang lain.
Pajak Penghasilan
Diharuskan
alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer dalam pengakuan
pendapatan dan beban untuk tujuan laporan laba rugi dan untuk tujuan pajak.
Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari transaksi mata uang asing
mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukkan dalam laba tetapi
tidak diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.
(29)
Pendapatan Komprehensif Lainnya-Selisih Translasi x.xxx
Utang Pajak Penghasilan x.xxx
Translasi
Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional
Terdapat beberapa kasus
di mana anak perusahaan mempunyai pembukuan dan pencatatan dalam unit mata uang
lokal tetapi mempunyai mata uang ketiga sebagai mata uang fungsional. Sebagai
contoh, asumsikan anak perusahaan kita, German Company, mempunyai pencatatan
dalam mata uang lokal, euro. Jika anak perusahaan melakukan sebagian besar
aktivitasnya dalam franc Swiss, maka manajemen dapat memutuskan bahwa franc
Swiss adalah mata uang fungsional anak perusahaan.
Jika pembukuan dan
pencatatan entitas tidak dinyatakan dalam mata uang fungsional, maka harus
digunakan proses dua langkah berikut.
1.
Mengukur
kembali laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang fungsional. Dalam
contoh kita, laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro akan diukur kembali ke
dalam franc Swiss. Proses pengukuran kembali akan sama dengan yang
diilustrasikan sebelumnya dalam bab ini. Laporan keuangan tersebut sekarang
sudah dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas, yaitu franc Swiss.
2.
Laporan
keuangan yang dinyatakan dalam franc Swiss kemudian ditranslasikan ke dalam
rupiah menggunakan proses translasi yang diilustrasikan dalam bab ini.
Sebagaimana dijelaskan,
hal ini jarang terjadi dalam praktik tetapi merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan bagi anak perusahaan yang mempunyai aktivitas usaha signifikan
dalam mata uang selain mata uang negara tempatnya berlokasi. Pembahasan ini
mengindikasikan bahwa penting untuk pertama-tama mengidentifikasi mata uang
fungsional entitas sebelum memulai proses translasi.
Ikhtisar
Konsep-konsep Penting
Penyajian
kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri dalam rupiah dapat dilakukan
dengan menggunakan metode translasi atau metode pengukuran kembali, tergantung
mata uang fungsional entitas luar negeri. Sebagian besar laporan keuangan
afiliasi luar negeri ditranslasikan menggunakan metode kurs sekarang karena
umumnya unit mata uang lokal adalah mata uang fungsional. Jika rupiah adalah
mata uang fungsional, maka digunakan pengukuran kembali untuk mengubah laporan
keuangan entitas luar negeri dari mata uang lokal ke dolar. Pemilihan mata uang
fungsional memengaruhi penilaian akun entitas luar negeri yang dilaporkan
keuangan konsolidasi.
Karena translasi atau pengukuran
kembali dilakukan dengan kurs yang berbeda untuk akun-akun neraca dan laporan
laba rugi, maka dalam proses tersebut muncul pos penyeimbang yang disebut
“selisih translasi” atau “keuntungan atau kerugian pengukuran kembali”. Selisih
translasi dibagi secara proporsional antara induk perusahaan dan kepemilikan
minoritas. Bagian induk perusahaan, disesuaikan dengan pengaruh diferensial
yang dibayarkan untuk investasi, dilaporkan sebagai komponen pendapatan
komprehensif lainnya dan kemudian diakumulasikan dalam bagian ekuitas pemegang
saham dalam neraca konsolidasi. Bagian kepemilikan minoritas yang dilaporkan
dalam neraca konsolidasi. Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali dilaporkan
dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus