Kamis, 12 Juli 2018

Akuntansi Multinasional : Translasi Laporan Keuangan Entitas Asing




 Pada saat menyusun laporan keuangan, akuntan harus mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang digunakan untuk mengukur operasi entitas luar negeri. Sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Inggris memberikan laporan keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan dalam poundsterling, menggunakan sistem akuntansi Inggris yang berbeda dengan metode akuntansi dan pengukuran di Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia secara umum harus melakukan langkah-langkah berikut dalam proses translasi dan konsolidasi anak perusahaan di Inggris tersebut :
1.      Menerima laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling
2.      Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
3.      Mentranslasikan laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling menjadi nilai setara dalam rupiah.Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus ditranslasikan menjadi nilai setara rupiah. Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus ditranslasikan menjadi nilai rupiah sebagai berikut :
Akun yang diukur dalam unit mata uang asing × Nilai tukar yang sesuai = Akun yang diukur dalam nilai setara rupiah
4.      Mengonsolidasi akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan , yang sudah diukur dalam rupiah dengan akun-akun induk perusahaan.

PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI
Perbedaan dalam prinsip akuntansi karena antara lain :
1.Kondisi Perekonomian suatu negara
2. Masalah Hukum
3. Pendidikan dan Sistem Politik
4. Perkembangan Teknologi
5. Budaya dan Trandisi
5. Faktor Ekonomi lainnya

Standar  pelaporan keuangan yang utama saat ini yang sedang dalam penyusunan oleh International Accounting Standards Board (IASB). IASB adalah sebuah badan ang memperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara internasional tersebut. Ada 14 anggota IASB, 12 diantaranya anggota penuh bekerja secara full time untuk IASB. Susunan keanggotaanna dengan komposisi sebagai berikut :
5 anggota berdasar latar belakang auditor , 3 anggota berdasar latar belakang penyusun laporan keuangan ( dari manajemen) , 3anggota berlatar belakang pengguna laporan keuangan , 1 anggota berlatar belakang akademisi , 2 anggota lainnya dapat berlatar belakang dari bidang lainnya.
IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards- IFRS). Sebelum terbentknya IASB adalah International Accounting Standards Committe telah menerbitkan International  Accounting Standards (IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga 2001. IASB mengadop IAS secara keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya yang disebut standar baru IFRS.IFRS digunakan dibanyak negara di dunia termasuk , sebelum tahun 2005 digunakan oleh 350 perusahaan publik , sedangkan tahun 2005 sebanyak 7.000 perusahaan. Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi yang berlaku secara internasional akan meningkatkan diri investor di ppasar dan meningatkan efisiensi pasar karena memudahkan investor untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di berbagai negara.
Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat. JIka dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar , GAAP AS telah digunakan lebih dari separuh perusahaan di dunia ini.       Untuk meminimalisasi perbedaan diantara perbedaan standar di dunia ini, khususnya antara GAAP dan IFRS, maka pihak FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk meningkatkan standar pelaporan internasional dan "mengonversikan" ke dua set standar tersebut . Pada bulan September 2002 , FASB menerbitkan " The Norwalk Agreement"dimana baik FASB maupun IASB sepakat bekerjasama untuk meningkatkan pelaporan keuangan dengan meminimalisasi perbedaan diantara mereka.Usaha konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada dan mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru yang ke dua kelompok itu kembangkan.

PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL

Ada dua isu utama yang ditujukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari mata uang asing pada rupiah Indonesia, yaitu :
1. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentranslasi nilai mata uang asing menjadi mata uang domistik ?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut ? .Haruskah hal itu dimasukkan dalam laba rugi ?
Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang asing menjadi rupiah :
1. Nilai Tukar Sekarang merupakan nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca
2. Nilai Tukar Historis merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal terjadi seperti nilai tukar pada saat aset diterima atau kewajiban diakui.
3. Nilai Tukar Rata-rata merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode.
PSAK No.11 tentang  Translasi Mata uang asing. (PSAK11) memberikan panduan khusus untuk mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah. Tujuan dari PSAK1 adalah menyajikan hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari pergerakan nilai tukar. PSAK11 juga menjelaskan tentang  pencapaian keuangan dan hubungannya dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui translasi.
Sebagai contoh, jika margin bruto pada penjualan positif ketika diukur dalam mata uang asing maka harus tetap positif ketika penjualan dan harga barang yang dijual ditranslasikan ke dalam rupiah. PSAK11 mengadopsi mata uang fungsional (functional currency) yang didefenisikan sebagai "mata uang dari lingkungan ekonomi primer  di mana entitas tersebut beroperasi.Umumnya, mata uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan dimana entitas tersebut terutama menghasilkan dan menerima kas". Mata uang fungsional digunakan untuk membedakan antara dua jenis kegiatan operasional luar negeri:
1. Kegiatan yang dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas asing itu beroperasi, dan
2. Kegiatan yang terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya

Perusahaan Indonesia dapat saja memiliki afiliasi asing di beberapa negara berbeda.Setiap afiliasi tersebut harus dianalisis untuk menentukan mata uang fungsional masing-masing.
Indikator-indikator mata uang fungsional :
Indikator mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator dibawah ini
Arus Kas        Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh                           mata uang tersebut.
Harga jual    Harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaruh dengan perubahan nilai                           mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar diekspor.
Beban              Beban dipengaruhi perubahan nilai mata uang
Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda dengan mata uang lokalnya. Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dari Induk perusahaan di Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan hampir semua bisnisnya di Brazil atau sebuah cabang atau anak perusahaan dari Induk PerusahaanIndonesia yang beroperasi di Inggeris dapat menggunakan dolar sebagai mata uang utamanya walaupun ia menggunakan poundsterling untuk pencatatan akuntansinya. Faktor-faktor yang berikut mengindikasikan apakah mata uang rupiah sebagai mata uang fungsional dari anak perusahaan Inggris sebagian besar transaksi kas dalam rupiah, pasar penjualan utama di Indonesia, komponen produksi umumnya diperoleh dari Indonesia dan Induk perusahaan di Indonesia yang paling bertanggung jawab dalam pendanaan anak perusahaan di Inggris tersebut.
DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah mempertimbangkan tujuan dari proses translasi tersebut :  
a. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan.
b. Mencerminkan dalam laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan antara masing-masing entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.
Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan seluruh transaksinya ke dalam mata uang fungsional.JIka suatu entitas mempunyai transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional maka transaksi asing harus disesuaikan menjadi nilai setara mata uang fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan konsolidasi.

 
Penentuan Mata uang Fungsional di Lingkungan dengan Tingkat Inflasi Tinggi
Inflasi yang sangat tinggi didefenisikan sebagai inflasi melebihi 100% selama periode tiga tahun, contoh Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Untuk kondisi seperti ini maka mata uang pelaporan dari Induk Indonesia- rupiah- harus  digunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Pengecualian ini mencegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi yang tidak realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan prosedur translasi yang normal digunakan.
Nilai translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biayaa perolehan historis dari gedung tersebut. Oleh karena itu PSAK mengharuskan penggunaan rupiah sebagai mata uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.
Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus digunakan secara konsisten.Seandainya ada perubahan dalam konsisi perekonomian mengharuskan perubahan dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi asing maka perubahan akuntansi  tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat itu dan prospektif saja, tidak diperlakukan penyajian kembali laporan dari periode-periode sebelumnya.

TRANSLASI VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING
Untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah, terdapat dua metode yang berbeda :
1. translasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah, dan
2. pengukuran kembali laporaan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas tersebut , selanjutnya ditranslasi jika bukan dalam rupiah.
Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing ,contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan uero untuk catatan dan mata uang fungsionalnya. Laporan keuangan anak perusahaan harus ditranslasi dari uero ke rupiah dan selieih dimasukkan dalam komponen Laba Komprehensif.Metode translasi sering disebut metode nilai tukar sekarang (current rate methods).
Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing.Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing. Contoh, Perusahaan Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura yang relatif independen dapat menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang fungsionalnya tetapi memilih menggunakan dolar Singapura sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan. Jika menggunakan mata uang rupiah, tentu langsung siap digabung dengan laporan induknya di Indonesia.
Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang lokal kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods). Aset dan kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima atau memenuhi pembayaran dalam sejumlah tertentu mata uang asing dimasa yang akan datang. Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang untuk mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang fungsionalnya pos nonmoneter seperti aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan , biasanya ditranslasi dengan menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar dimana aset tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan nilai rata-rata sepenjang periode pelaporan. Setiap selisih yang timbul akibat ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai bagian dari laporan laba rugi.
Penerapan metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi mata uang fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang fungsional tidak diperlukan lagi penyesuaian.
Tabel berikut menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.
Mata Uang Pembukuan dan  Pencatatan Afiliasi Luar Negeri.

Mata Uang Fungsional

Metode Pernyataan Kembali
Mata uang lokal ( yaitu mata uang negara tempat afiliasi berlokasi )
Mata uang lokal
Translasi ke rupiah menggunakan nilai tukar sekarang
Mata uang lokal
Rupiah Indonesia ( seperti yang diharuskan dalam perekonomian hiperinflasi
Diukur kembali dari mata uang lokal ke rupiah
Mata uang lokal
Mata uang negara ketiga ( bukan mata uang lokal atau rupiah )
Pertama, diukur kembali dari mata uang lokal ke mata uang fungsional, kemudian ditranslasikan dari mata uang fungsional ke rupiah
Rupiah Indonesia
Rupiah Indonesia
Tidak diperlukan pernyataan kembali, sudah dinyatakan dalam rupiah.

Afiliasi asing dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan dalam unit mata ang lokal. mata uang lokal merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut. Afiliasi asing  inidapat mereinvestasi mata uang yang mereka hasilkan atau mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk perusahaan dalam bentuk dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung memengaruhi arus kas induk perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar memengaruhi aset neto (aset dikuurangi kewajiban ) afiliasi asing dan karena itu , memengaruhi investasi neto induk perusahaan dientitas tersebut.
Kelompok ke dua afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari perusahaan Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing tetspi secara langsung dipengaruhi oleh perubahan dalam nilai tukar, karena mereka tergantung pada perekonomian Indonesia untuk pasar penjualan, komponen produksi atau pendanaan. Untuk kelompok ini rupiah adalah mata uang fungsional. Diasumsiakan bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap  aset neto afiliasi asing memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan Indonesia, sehingga selisih nilai tukar dilaporkan dalam laba untuk perusahaan Indonesia.  


TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI MATA UANG PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA
Translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke mata uang pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :
Akun laporan laba rugi :
Pendapatan dan beban
Umumnya, nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode  laporan.
Akun neraca:
Aset dan kewajiban
Nilai tukar sekarang pada tanggal neraca
Ekuitas pemegang saham
Nilai tukar historis

Penyajian Laporan Keuangan dari Selisih Translasi
Selisih translasi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan komprehnsif untuk periode tersebut. Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama tahun berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi pemilik dan bagian ke pemilik. Pendapatan komprehensif termasuk laba neto dan "pendapatan komprehensif lainnya" yang merupakan bagian dari perubahan aset neto perusahaan dari sumber selain pemilik ( yaitu bukan investasi modal tambahan dan dividen) selama periode berjalan. PSAK mengharuskan laporan pendapatan komprehensif sebagai bagian dari laporan keuangan utama entitas. Pos utama yang menjadi bagian dari pendapatan komprehensif lainnya adalah perubahan selisih translasi selama periode berjalan , keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual, penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian dalam kewajiban pensiun minimum.
            Akun akumulasi Pendapan Komprehensif lainnya – Selisih Translasi mempunyai saldo kredit karena kurs tunai pada akhir periode pertama kepemilikan lebih tinggi dari kurs pada awal periode atau kurs rata-rata periode tersebut.
            Ayat Jurnal pada Pembukuan Induk Perusahaan. Ayat jurnal perusahaan induk perusahaan dibuat untuk mengakui nilai setara rupiah dari bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan, amortisasi selisih biaya perolehan dengan nilai buku, selisih translasi kumulatif dari diferensial dan dividen yang dierima drai anak perusahaan luar negeri. Selain itu, induk perusahaan harus mengakui bagiannya atas selisih translasi yang timbul dari translasi laporan keuangan anak perusahaan. Beban periodik dalam selisih translasi induk perusahaan dari investasi luar negeri dilaporkan sebagai komponen pendapatan komprehensif lainnya induk perusahaan.
PSAK 11 mengharuskan alokasi dan amortisasi dari diferensial antara investasi dan nilai bukunya dilakukan dalam konteks mata uang fungsional anak perusahaan dan jumlah tersebut kemudian ditranslasi menggunakan kurs yang sesuai dalam kertas kerja pada tanggal neraca.
Amortisasi periodik mempengaruhi laporan laba rugi dan karenanya diukur menggunakan kurs rata-rata yang digunakan untuk mentranslasi akun laporan laba rugi. Di lain pihak, sisa saldo diferensial yang belum diamortisasi dilaporkan dalam neraca dan ditranslasi menggunakan kurs sekarang yang digunakan untuk akun neraca. Pengaruh dari perbedaan kurs tersebut disajikan dalam selisih translasi induk perusahaan sebagai revisi dari bagian investasi awal induk perusahaan di anak perusahaan.
            Kertas kerja konsolidasi setelah akuisisi. Kertas kerja konsolidasi disusun setelah proses translasi selesai. Proses konsolidasi sama dengan anak perusahaan domestik, kecuali untuk dua perbedaan utama : (a) induk perusahaan akan mencatat bagian selisih translasi yang timbul dari translasi akun anak perusahaan luar negeri. Maka kepemilikan minoritas akan mendapat alokasi sebesar bagian persentasenya atas selisih translasi. (b) amortisasi paten untuk periode berjalan ditranslasikan menggunakan menggunakan kurs laba rugi, sedangkan saldo akhir paten ditranslasikan menggunakan kurs neraca.
Kepemilikan Minoritas pada Anak Perusahaan Luar Negeri
Sebagian besar perusahaan Indonesia lebihsukauntukmemiliki 100% anak perusahaan luar negerinya. Dengan demikian akan memungkinkan manajemen yang lebih efisien atas anak perusahaan dan tidak ada keharusan untuk menyusun laporan keuangan anak perusahaan untuk kepemilikan minoritas. Akan tetapi, jikaanakperusahaanluarnegeritidakmemlikisepenuhnya, maka kepemilikan minoritas harus dihitung dan diperlakukan. Satu-satunya perbedaan alokasi selisih translasi yang timbul dari translasi akun neraca percobaan anak perusahaan luar negeri.
Pengukuran kembali pembukuan ke dalam mata uang Fungsional
Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri ke rupiah adalah pengukuran kembali.Walaupun pengukuran kembali tidak umum sebagaimana translasi, terdapat beberap asituasi di mana mata uang fungsional dari afiliasi asing bukan mata uang lokal. Pengukuran kembali sama seperti translasi dimana tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai setara rupiah dari akun-akun  afiliasi asing sehingga dapat digabungkan atau dikondisikan dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan dalam translasi yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.
Dalam sebagian besar kasus afiliasi asing dapat dianggap alat produksi atau penjual langsung dari perusahaan  Indonesia,  tetapi menggunakan mata uang lokal untuk mencatat dan melaporkan hasil operasinya. Selain itu, entitas luar negeri yang berlokasi di Negara dengan tingkat inflasi yang sangattinggi, yang didefinisikan sebagai negara dengan tingkat inflasi kumulatif lebih dari 100%, harus menggunakan rupiah dengan mata uang fungsional. Dan laporan keuangannya diukur kembali menjadi rupiah.
Proses pengukuran kembali harus memberikan hasil akhir yang sama seakan-akan transaksi entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah. Oleh karena itu, beberapa transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah menggunakan kurs historis, yaitu kurs tunai pada saat transaksi awal terjadi. Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan non moneter. Asset dan kewajiban moneter seperti kas, piutang jangka pendek dan jangka panjang, dan utang jangka pendek dan jangka panjang mempunyai jumlah yang tetap dalam unit mata uang adalah akun-akun seperti persediaan dan asset tetap yang nilainya tidak tetap dalam unit moneter.
Oleh karena digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca percobaan matauang asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setara rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini, pos penyeimbang adalah keuntungan atau kerugian pengukuran kembali, yang dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Penyajian Laporan Keuangan dari Keuntungan atau Kerugian Pengukuran Kembali.
Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dalam proses pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam ”Pendapatan lain – lain”. Digunakan beberapa nama akun, seperti Keunutngan (Kerugian) Mata Uang Asing, Keuntungan (Kerugian) Mata Uang, Keuntungan (Kerugian) Nilai Tukar, atau Keuntungan (Kerugian) Pengukuran Kembali. Pos “Keuntungan (Kerugian) Pengukuran Kembali” digunakan di sini karena nama ini yang paling menggambarkan sumber pos tersebut. Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan karena jika transaksi sejak awal dicatat dalam rupiah, maka keuntungan atau kerugian nilai tukar akan diakui dalam periode berjalan sebagai bagian dari penyesuaian yang diharuskan untuk penilaian transaksi luar negeri yang didenominasi dalam mata uang asing. Setelah menyelesaikan proses pengukuran kembali, laporan keuangan entitas luar negeri akan disajikan seakan – akan rupiah telah digunakan untuk mencatat transaksi dalam mata uang lokal pada saat terjadinya.
Ilustrasi Pengukuran Kembali Anak Perusahaan Luar Negeri
Untuk menyajikan pengukuran kembali laporan keuangan, akan digunakan lagi contoh German Company. Satu – satunya perbedaan dengan contoh transaksi sebelumnya dan contoh sekarang adalah mata uang fungsional anak perusahaan luar negeri sekarang diasumsikan sebagai rupih bukan euro Eropa. German Company dalam pembukuan dan pencatatannya menggunakan euro untuk menghasilkan laporan yang diharuskan pemerintah Jerman. Oleh karena rupiah adalah mata uang fungsioanl, maka laporan keuangan German Company akan diukur kembali dalam rupiah. Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri diukur kembali, maka proses konsolidasi akan sama dengan anak perusahaan domestik.
Akun – Akun Yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis
Efek Berharga
a.       Efek ekuitas
b.      Efek Utang yang tidak niatkan untuk dipegang sampai jatuh tempo
c.       Persediaan
d.      Biaya Dibayar di Muka seperti asuransi, iklan, dan sewa
e.       Aset Tetap
f.       Akumulasi depresiasi atau Aset Tetap
g.      Paten, merek dagang, lisensi, dan formula
h.      Goodwill
i.        Aset Tak Berwujud Lainnya
j.        Beban dan kredit ditangguhkan, kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk   perusahaan asuransi jiwa
k.      Pendapatan ditangguhkan
l.        Saham Biasa
m.    Saham Preferen yang dicatat pada harga dikeluarkan
Pendapatan dan Beban terkait dengan pos nonmoneter, sebagai contoh ;
a.       Harga Pokok Penjualan
b.      Depresiasi aset tetap
c.       Amortisasi aset tak berwujud seperti paten, lisensi, dan lain – lain
d.      Amortisasi beban dan kredit ditangguhkan kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa

Pengukuran Kembali Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri Setelah Akuisisi
Neraca percobaan anak perusahaan harus diukur kembali dari euro Eropa menjadi rupiah. Kurs sekarang yang digunakan untuk mengukur kembali akun – akun nonmoneter, dan kurs historis yang sesuai digunakan untuk tiap akun nonmoneter.
            Tiga pos memerlukan perhatian khusus. Pertama, aset tetap diukur kembali menggunakan kurs historis pada tanggal induk perusahaan mengakuisisi anak perusahaan luar negeri. Jika anak perusahaan membeli aset tetap tambahan aset tetap tersebut akan diukur kembali menggunakan kurs pada tanggal pembelian aset tetap tambahan tersebut. Hal yang sama berlaku untuk pos nonmoneter lainnya. Penting untuk memunyai catatan perolehan atau pelepasan aset nonmoneter dan ekuitas anak perusahaan setelah akuisisi saham anak perusahaan luar negeri, untuk memastikan penggunaan kurs yang sesuai untuk mengukur kembali pos – pos tersebut. Ingat kembali bahwa penggabungan usaha diperlakukan sebagai pembelian; karena itu, kurs historis yang sesuai adalah kurs tunai pada tanggal induk perusahaan membeli saham anak perusahaan luar negeri. Jika penggabungan usaha diperlukan sebagai penyatuan kepemilikan,  maka kurs historis yang sesuai adalah kurs pada tanggal anak perusahaan mengeluarkan saham awal dan dan memeroleh aset nonmoneter, bukan tanggal induk perusahaan mengakuisisi saham anak perusahaan.
            Kedua, harga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai kurs. Persediaan awal diperoleh pada saat kurs Rp. 16.000 = € 1. Pembelian persediaan dilakukan pada beberapa waktu selama setahun, sehingga kurs rata – rata Rp. 17.000 = € 1 digunakan sebagai kurs pengukuran kembali. Untuk tujuan ilustrasi, contoh ini mengasumsikan persediaan akhir dibeli pada saat kurs langsung adalah Rp. 17.800 = € 1 dan digunakan metode persediaan FIFO.
            Ketiga, beban operasi juga terjadi pada kurs yang berbeda. Beban depresiasi diukur kembali pada kurs Rp. 16.000 = € 1 karena terkait dengan akun nonmoneter, Aset Tetap, yang diukur kembali menggunakan kurs historis Rp. 16.000 = € 1. Kurs rata – rata digunakan untuk mengukur kembali beban operasi lainnya, karena diasumsikan terjadi merata sepanjang tahun.

Ikhtisar Translasi dan Pengukuran Kembali
Pada saat mata uang fungsional adalah rupiah, maka pos nonmeter di neraca akan diukur kembali menggunakan kurs historis. Dalam contoh ini, kurs langsung telah meningkat selam aperiode berjalan; sehingga akun nonmeter lebih rendah pada saat diukur kembali dibandingkan saat ditranslasi.
Ikhtisar Proses Translasi dan Pengukuran Kembali
Pos
Proses Translasi
Proses Penukuran Kembali
Mata uang funsional luar negeri
Unit mata uang lokal
Rupiah indonesia
Metode yang digunakan
Metode kurs sekarang
Metode moneter-non moneter
Akun-akun laporan laba rugi :


·         Pendapatan
Kurs rata-rata tertimbang
Kurs rata-rata tertimbang, kecuali pendapatan terkait dengan pos nonmoneter(kurs historis)
·         beban
Kurs rata-rata tertimbang
Kurs rata-rata tertimbang, kecuali pendapatan terkait denan pos nonmoneter (kurs historis)
Akun-akun Neraca:


·         akun-akun moneter
Kurs sekarang
Kurs sekarang
·         akun-akun nonmoneter
Kurs sekarang
Kurs sekarang
·         akun-akun modal pemeang saham
Kurs historis
Kurs historis
·         saldo laba
Saldo laba periode sebelumya ditambah laba dikurangi dividen
Saldo periode sebelumnya ditambah laba dikurangi dividen
Selisish kurs yang timbul dari proses
Selisih translasi dilakukan di ekuitas pemegang saham
Keuntugan atau kerugian pengukuran kembali yang dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan.

INVESTASI LUAR NEGERI DAN ANAK PERUSAHAAN TIDAK DIKONSOLIDASIKAN
Sebagian besar perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri sesuai denan  PSAK No 4 “laproan keuangan konsolidasi”. Dalam beberapa kasus, anak perusahaan tersebut tidak dikonsolidasi, karena kriteria yang digunakan untuk anak perusahaa luar negeri. Umumnya, induk perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri kecuali jika salah satu kondisi berikut sangat ketat sehinga tidak dapat melaksanakan tingkat penendalian ekonomis atas sumber daya dan operasi keuangan seperti berikut ini :
1.      pembatasan pertukaran mata uang asing di neara asing
2.      pembatasan transfer properti di neara asing
3.      ketidakpastian lain yan gditerapkan oleh pemerinath
anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi dilaporakan sebagai investasi dalam neraca perusahaan indonesia. peruashaan investor indonesia harus menggunakan metode ekuitas jika mempunyai kemempuan untuk menggunakan pengaruh signifikan atas kebijakan keuangan dan operasional investee.
Jika metode ekuitas digunakan unruk anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi, laporan keuangan investee diukur kembali atau ditranslasi tergantung pada penentuan mata uan fungsional. Terdapat pendekatan singkat untuk translasi : kalikan laba bersih afiliasi asing yang diukur dalam unit mata uang asing dengan kurs rata-rata selama periode berjalan kemudian mengakui presentase saham induk perusahaan atas laba bersih hasil translasi
Likuidasi Investasi Luar Negeri
Akun selisih translasi translasi terkait langsung dengan invesatasi perusahaan di entitas luar negeri. Jika investor menjjual sebagian besar investasi sahamnya, PSAK 11 mengharuskan porsi pro rata dari akun akumulasi selisish translasi yang dialokasikan ke investasi, dimasukkan dalam perhitungan deuntungan atau kerugian pelepasan investasi.
Lindung Nilai di Anak Perusahaan Luar Negeri
PSAK 55 memperbolehkan lindung nilai investasi bersih di anak perusahaan luar negeri, sebagai contoh, PT induk mempunyai investasi bersih sebesar €50.000 di anak perusahaan german, yang di bayar dengan harga Rp. 660.000.000, PT Induk dapat memutuskan untuk melindung nilai investasi bersih dengan melakukkan kotrak kurs dimuka untuk mejual euro, atau perusahaan dapat mengeluarkan kewajiban berbasis euro. PSAK 55 menetapkan bahwa keuntungan atau kerugian dari bagian efektif lindung nilai investasi bersih dimasukkkan dalam pendapaatan komprehensif lainnya sebagai bagian dari selisih translasi. Akan tetapi, jumlah pengganti kerugian untuk pendapatan konprehensif dibatasi sebesar selisih translasi untuk investasi bersih. Sebagai contoh, jika digunakan nilai tukar di muka untuk mengukur efektifitas, jumlah pengganti kerugian dibatasi sebsar perubahan kurs tunai periode tersebut. Selisih lebih atas bagian tidak efektif dari lindung nialai harus diakui dalam laba periode berjalan.
Sebagai contoh, pada tanggal 1 januari 20x1, PT Induk memutuskan untuk melakukan lindung nilai bagian investasinya yang baru saja dilakukan di german company yang terkaiit dengan nilai buku aset bersih German company. Pt induk tidak yakin dengan kurs langsung euro akan meningkat atau menurun untuk tahun tersebut dan ingin melindung nilai investasi aset bersihnya, pada tanggal 1 januari 20x1, kepemilikan 100% PT Induk atas aset bersih German company sama dengan €50.000 (€40.000 saham biasa di tambah €10.000 saldo laba). PT Induk meminjam €50.000, pada tingkat bunga 5% untuk lindung nilai investasinya di German company, dan modal serta bunga jatuh tempo dan terutang pada tanggal 1 januari 20x2.
Ayat jurnal pada pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung nilai investasi bersih adalah sebagai berikut.
1 januari 20x1
(19) Kas                                                          800.000.000
            Utang Pinjaman(€)                                          800.000.000
            Meminjam utang yang didominasi dalam euro untuk lindung nilai investasi bersih di anak perusahaan German Rp.800.000.000= €50.000 x 16.000 kurs tunai

31 Desember 20x1
(20) Pendapatan Konprehensif lainnya           100.000.000
                        Utang pinjaman (€)                                         100.000.000
            Menilai kembali uatang yang didominasi dalam amata uang asing berdasarkan kurs tunai akhir periode:
Rp 100.000.000 = €50.000 x (Rp18.000 – Rp16.000)

(21) Beban bunga                                            42.500.000
             Kerugian translasi mata uang asing      2.500.000
                        Utang bunga                                                   45.000.000
Akru beban dan utang bunga atas utang euro:
Rp42.500.000 = €50.000 x 0,05 bunga x 17.000 kurs rata-rata
Rp45.000.000 = €50.000 x 0,05 bunga x 18.000 kurs tunaiakhir periode

(22) Akumulasi pendapatan komprehensif lainnya –selisih
              Translasi                                            100.000.000
              Iktisar Laba rugi                                   2.500.000
                        Kerugian transaksi mata uang asing                2.500.000
                        Pendapatan komprehensif lainnya             100.000.000


Sehingga, pada saat modal bunga dibayar pada tanggal 1 januari 20x2, di buat ayat jurnal berikut.
1 januari 20x2
(23) Utang bunga (€)                          45.000.000
             Utang pinjaman (€)                            900.000.000
                        Kas                                                                  945.000.000

             Menutup akun nominal terkait dengan lindung nilai investasi bersih di anak perusahaan luar negeri.
Selama tahun 20x1 PT Induk melindung nilai bagian dari aset bersih investasinya di anak perusahaan luar negeri, Rupiah melemah terhadap euro (kurs langsung meningkat) dan PT Induk akan mengakui keuntungan dari investasi aset bersih dan kerugiann pembayaran kewajiban dalam euro.
Tanpa lindung nilai aset bersih PT Induk akan melaporkan saldo kredit sebesar Rp. 117.125.00 dalam bagian kumulatif translasi dari akumulasi pendapatan komprehensif lainnya (Rp.117.125.000= Rp.110.000.000 + 7.125.000 penyesuaian deferensial). Dengan lindung nilai investasi bersih PT Induk akan melaporkan hanya Rp. 17.125.000 (Rp.117.125.000 – Rp.100.000.000 efek lindung nilai) sebagai perubahan dalam selisih transalasi kumulatif untuk tahun 20x1, oleh karena itu , PT Induk menyeimbangkan sebagian eksponsur bersih dari investasi aset bersih 1 januari 20x1 di German company.
Catat juga jumlah penggantinya kerugian dari pendapatan komprehensif lainnya dibatasi sebesar bagian efektif dari lindung nilai berdasarkan penilaian kembali aset bersih, setiap selisih lebih dalam kasus ini kerugian Rp. 2.500.000 dari penilaian kembali utang bunga dalam ayat jurnal (21), dimasukkkan dalam laba berjalan di laporan laba rugi.
Keharusan pengungkapan
PSAK 10 mengharuskan agregat keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing yang dimasukkan dalam laba diungkapkan terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam catatan atas laoran keuangan.
Dalam model translasi, perubahan berkala dalam selisih translasi dilaporkan sebagai elemen perndapatan komprehensif lainnya, sebagai yang diharuskan oleh PSAK 11, Figur 12-11 menyajikan pendekatan dua laporan keuangan  untuk menampilkan pendapatan komprehensif. Laporan perubahan ekuitas konsolidasi menyajikan perincian pendapatan komprehensif induk perusahaan sebesar Rp. 117.125.000 figur 12-12 menyajikan laporan ekuitas yang merekonsilisi semua elemen ekuitas semua pemegang saham. Neraca akan menampilkan saham biasa, saldo laba, dan akumulasi pendapatam komprehensif lainnya dalam bagian dari perubahan kurs yang terjadi antara tanggal neraca dan pengaruhnya terhadap transaksi mata uang asing ayng belum diselesaikan, jika signifikan.

PERTIMBANGAN TAMBAHAN DALAM AKUNTANSI UNUK OPERASI ENTITAS LUAR NEGERI
Bagian ini membahas bagian khusus dalam akuntansi untuk perusahaan multinasional. Walaupun beberapa dari pertimbangan tambahan ini sangat teknis, pembelajaran bagian ini akan menambah pemahaman anda atas berbagai isu akuntansi untuk entitas luar negeri.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah penghubung antara dua neraca. Perusahaan mempunyai kebebasan dan fleksibilitas dalam penyusunan laporan arus kas. Aturan umum adalah bahwa akun-akun yang dilaporkan dalam laporan arus kas harus disajikan kembali dalam rupiah menggunakan kurs yang sama dengan yang digunakan untk tujuan neraca dan laporan laba rugi. Oleh karena kurs rata-rata digunakan dalam laporan laba rugi dan kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan dalam neraca, maka muncul pos penyeimbang untuk selisih kurs dalam laporan arus kas. Pos penyeimbang ini dapat dianalisis dan ditelusuri ke akun spesifik yang menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi tidak mempengaruhi perubahan arus kas periode tersebut.
Penilaian persediaan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar dalam pengukuran kembali
Penerapan antara nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar untuk persediaan memerlukan perlakuan khusus pada saat mata uang percatatan bukan mata uang fungsional. oleh karena itu , laporan keuangan entitas asing harus di ukur kembali ke dalam mata uang fungsional. Biaya inventaris historis harus di ukur kembali terlebih dahulu menggunakan kurs historis untuk menentukan nilai biaya perolehan historis dalam mata uang fungsional. Kemudian biaya perolehan hasil pengukuran kembali ini di bandingkan dengan nilai pasar dari persediaan yang di translasikan menggunakan kurs sekarang. Langkah terakhir adalah membandingkan biaya perolehan dan nilai pasar yang keduanya sudah dalam mata uang fungsional, dan untuk mengakui apakah di perlukan penurunan nilai ke nilai pasar. Perbandingan di lakukan dalam mata uang fungsional, bukan mata uanag lokal atau pelaporan sehingga memungkinkan adanya penurunan nilsi dalam laporan keuangan mata uang fungsional. Tetapi tidak ada dalam pembukuan anak perusahaan atau ada dalam pembukuan anak perusahaan tetapi tidak dalam laporan keuangan konsolidasi.
Transaksi antar perusahaan
Sebuah induk perusahaan atau kantor pusat indonesia dapat mempunyai transaksi penjualan atau pembelian antar perusahaan dengan afiliasi luar negeri yang menimbulkan piutang atau utang antar perusahaan .
Jika transaksi mata uang asing antar perusahaan tidak di lunasi dalam waktu dekat , maka transaksi antar perusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari investasi bersih di entitas luar negeri.selisih tranlasi dari piutang atau utang jangka panjang di tangguhkan dan di akumulasi sebagai bagian dari akun tranlasi kumulatif.
Salah satu masalah yang menarik yang timbul adalah pada saat terjadi keuntungan yang belum di realisasikan dari transaksi antara induk perusahaan dan anak perusahaan luar negeri. Masalahnya adalah bagaimana mengeliminasi keuntungan lintas mata uang yang nilainya relatif berubah dibandingkan mata uang lain.
Pajak Penghasilan
Diharuskan alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan laporan laba rugi dan untuk tujuan pajak. Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari transaksi mata uang asing mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukkan dalam laba tetapi tidak diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.

(29) Pendapatan Komprehensif Lainnya-Selisih Translasi      x.xxx
                 Utang Pajak Penghasilan                                                        x.xxx
Translasi Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional
Terdapat beberapa kasus di mana anak perusahaan mempunyai pembukuan dan pencatatan dalam unit mata uang lokal tetapi mempunyai mata uang ketiga sebagai mata uang fungsional. Sebagai contoh, asumsikan anak perusahaan kita, German Company, mempunyai pencatatan dalam mata uang lokal, euro. Jika anak perusahaan melakukan sebagian besar aktivitasnya dalam franc Swiss, maka manajemen dapat memutuskan bahwa franc Swiss adalah mata uang fungsional anak perusahaan.
Jika pembukuan dan pencatatan entitas tidak dinyatakan dalam mata uang fungsional, maka harus digunakan proses dua langkah berikut.
1.      Mengukur kembali laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang fungsional. Dalam contoh kita, laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro akan diukur kembali ke dalam franc Swiss. Proses pengukuran kembali akan sama dengan yang diilustrasikan sebelumnya dalam bab ini. Laporan keuangan tersebut sekarang sudah dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas, yaitu franc Swiss.
2.      Laporan keuangan yang dinyatakan dalam franc Swiss kemudian ditranslasikan ke dalam rupiah menggunakan proses translasi yang diilustrasikan dalam bab ini.
Sebagaimana dijelaskan, hal ini jarang terjadi dalam praktik tetapi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan bagi anak perusahaan yang mempunyai aktivitas usaha signifikan dalam mata uang selain mata uang negara tempatnya berlokasi. Pembahasan ini mengindikasikan bahwa penting untuk pertama-tama mengidentifikasi mata uang fungsional entitas sebelum memulai proses translasi.
Ikhtisar Konsep-konsep Penting
Penyajian kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan metode translasi atau metode pengukuran kembali, tergantung mata uang fungsional entitas luar negeri. Sebagian besar laporan keuangan afiliasi luar negeri ditranslasikan menggunakan metode kurs sekarang karena umumnya unit mata uang lokal adalah mata uang fungsional. Jika rupiah adalah mata uang fungsional, maka digunakan pengukuran kembali untuk mengubah laporan keuangan entitas luar negeri dari mata uang lokal ke dolar. Pemilihan mata uang fungsional memengaruhi penilaian akun entitas luar negeri yang dilaporkan keuangan konsolidasi.
            Karena translasi atau pengukuran kembali dilakukan dengan kurs yang berbeda untuk akun-akun neraca dan laporan laba rugi, maka dalam proses tersebut muncul pos penyeimbang yang disebut “selisih translasi” atau “keuntungan atau kerugian pengukuran kembali”. Selisih translasi dibagi secara proporsional antara induk perusahaan dan kepemilikan minoritas. Bagian induk perusahaan, disesuaikan dengan pengaruh diferensial yang dibayarkan untuk investasi, dilaporkan sebagai komponen pendapatan komprehensif lainnya dan kemudian diakumulasikan dalam bagian ekuitas pemegang saham dalam neraca konsolidasi. Bagian kepemilikan minoritas yang dilaporkan dalam neraca konsolidasi. Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali dilaporkan dalam laporan laba rugi konsolidasi.









           

1 komentar:

AKUNTANSI MULTINASIONAL: TRANSAKSI MATA UANG ASING DAN INSTRUMEN KEUANGAN

PERMASALAHAN AKUNTANSI Topik saat ini mengenai nilai tukar mata uang asing dan instrumen keuangan. Banyak perusahaan yang sudah berkem...